Bagi kamu yang ngaku Orang Jawa, pasti kamu tahu dong tulisan jawa atau yang biasa disebut dengan Aksara Jawa. Kebangetan kalau kamu tidak bisa nulis atau membaca aksara jawa.
Bagi kamu yang mau download software ini bisa di Sini
Atau bisa di Sono
Untuk lebih lengkapnya tentang Aksara Jawa “HANACARAKA”
Huruf Dasar (Angka Nglegena)
Pada aksara Jawa hanacaraka baku terdapat 20 huruf dasar (aksara nglegena), yang biasa diurutkan menjadi suatu “cerita pendek”:
* ha na ca ra ka
* da ta sa wa la
* pa dha ja ya nya
* ma ga ba tha nga
Berikut ini adalah aksara nglegena :
Huruf Pasangan (Aksara Pasangan)
Pasangan dipakai untuk menekan vokal konsonan di depannya. Sebagai contoh, untuk menuliskan mangan sega (makan nasi) akan diperlukan pasangan untuk “se” agar “n” pada mangan tidak bersuara. Tanpa pasangan “s” tulisan akan terbaca manganasega (makanlah nasi).
Tatacara penulisan Jawa Hanacaraka tidak mengenal spasi, sehingga penggunaan pasangan dapat memperjelas kluster kata.
Berikut ini adalah daftar pasangan:
Huruf Utama (Aksara Murda)
Pada aksara hanacaraka memiliki bentuk murda (hampir setara dengan huruf kapital) yang seringkali digunakan untuk menuliskan kata-kata yang menunjukkan nama gelar, nama diri, nama geografi, nama lembaga pemerintah, dan nama lembaga berbadan (Kata-kata dalam Bahasa Indonesia yang menunjukkan hal-hal diatas biasanya diawali dengan huruf besar atau kapital. Untuk itulah pada perangkat lunak ini kita gunakan huruf kapital untuk menuliskan aksara murda atau pasangannya)
Berikut ini adalah aksara murda serta pasangan murda:
Huruf Vokal Mandiri (Aksara Swara)
[sunting] Huruf tambahan (aksara rèkan)
Huruf Vokal tidak Mandiri (Sandhangan)
Tanda-tanda Baca (Pratandha)
Gaya Penulisan (Style, Gagrag) Aksara Jawa
Berdasarkan Bentuk aksara Penulisan aksara Jawa dibagi menjadi 3 yakni:
- Ngetumbar
- Mbata Sarimbag
- Mucuk eri
Berdasarkan Daerah Asal Pujangga/Manuskrip, dikenal gaya penulisan aksara Jawa :
- Jogjakarta
- Surakarta
- Lainnya
Aturan Baku Penggunaan Hanacaraka
Penggunaan (pengejaan) hanacaraka pertama kali dilokakaryakan pada tahun 1926 untuk menyeragamkan tata cara penulisan menggunakan aksara ini, sejalan dengan makin meningkatnya volume cetakan menggunakan aksara ini, meskipun pada saat yang sama penggunaan huruf arab pegon dan huruf latin bagi teks-teks berbahasa Jawa juga meningkat frekuensinya. Pertemuan pertama ini menghasilkan Wewaton Sriwedari (“Ketetapan Sriwedari”), yang memberi landasan dasar bagi pengejaan tulisan. Nama Sriwedari digunakan karena lokakarya itu berlangsung di Sriwedari, Surakarta. Salah satu perubahan yang penting adalah pengurangan penggunaan taling-tarung bagi bunyi /o/. Alih-alih menuliskan “Ronggawarsita” (bentuk ini banyak dipakai pada naskah-naskah abad ke-19), dengan ejaan baru penulisan menjadi “Ranggawarsita”, mengurangi penggunaan taling-tarung.
Modifikasi ejaan baru dilakukan lagi tujuh puluh tahun kemudian, seiring dengan keprihatinan para ahli mengenai turunnya minat generasi baru dalam mempelajari tulisan hanacaraka. Kemudian dikeluarkanlah Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga gubernur (Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur) pada tahun 1996 yang berusaha menyelaraskan tata cara penulisan yang diajarkan di sekolah-sekolah di ketiga provinsi tersebut.
Tonggak perubahan lainnya adalah aturan yang dikeluarkan pada Kongres Basa Jawa III, 15-21 Juli 2001 di Yogyakarta. Perubahan yang dihasilkan kongres ini adalah beberapa penyederhanaan penulisan bentuk-bentuk gabungan (kata dasar + imbuhan).
Perubahan Aksara Pallawa ke Aksara-Aksara Nusantara
Perbandingan aksara Jawa dan aksara Bali
Hanacaraka gaya Jawa, aksara-aksara dasar | Hanacaraka gaya Bali, aksara-aksara dasar |
Penulisan Aksara Jawa dalam Cacarakan Sunda
matur nuwun,,, klo ini baru artikel sae, klo bisa tambah lagi biar aku tambah ngerti tentang bahasa jawa sae,,,, brow !!!!
terimakasih ea atas info nya, numpang download ea . . .
Nyuwun sewu, nderek download. Matur nuwun